Selasa, 13 April 2021

Boku no Kanojo Sensei 2 Prolog

PROLOGUE

INI mungkin agak mendadak, tapi aku tidak terlalu suka bu guru. Tepatnya, aku selalu waspada terhadap guru-guru sekolah. Alasannya? Aku menyatakan cinta kepada seorang bu guru di taman kanak-kanak, hanya untuk dikhianati olehnya. Sedangkan, saat ini, itu lebih merupakan pengkhianatan daripada perasaan sepihak. Aku masih terlalu muda saat itu. Tapi, meski aku menyadarinya, ketidakpercayaanku terhadap bu guru tetap tidak hilang. Bahkan saat aku, Saigi Makoto, sudah tahun kedua SMA—

“Haaa … Saigi-kun, kenapa sebenarnya kau Saigi-kun?” Juliet yang mengatakan itu merupakan guru homeroom-ku.

Dia berdiri di dekat jendela, dan menggumamkan kalimat langsung dari karya Shakespeare.

Fujiki Maka-sensei—guru homeroom yang bertanggung jawab atas kelasku, 2A, dan seorang guru bahasa Inggris. Dia menjadi guru di usia dua puluhan, dan kini berusia sekitar 24 tahun.

“Juli—cop, Maka-sensei.”

“Siapa Juli?! Saigi-kun, jangan bilang kau menemukan wanita baru?!”

“Aku tidak punya wanita lama atau wanita baru!”

Itu sehabis kelas, dan saat ini kami berada di ruang persiapan bahasa Inggris. Maka-sensei bahkan menyebutnya ‘Istanaku’, karena hampir tak ada yang ke sini, dan guru bahasa Inggris lainnya sebenarnya menghindari ruangan ini. Mulai dari pertengahan April, aku dipanggil ke sini hampir setiap hari selama sebulan penuh.

Biarpun aku dan para guru di sini jelas-jelas saling tidak suka. Meski begitu, meski begitu! Maka-sensei—menyatakan cintanya kepadaku. Pernyataan cinta! Bisakah kau memercayainya! Maka-sensei adalah guru cantik nomor satu di seluruh sekolah!

Mengesampingkan fakta bahwa aku tidak menyukai guru, nilaiku, keahlian atletikku … tidak, semua tentangku normal. Tinggi badanku agak pendek, dan aku sangat ingin lima sentimeter lagi. Kecuali sifatku yang ragu-ragu, aku tak bisa menyebutkan ciri-ciri kepribadian khusus. Tapi, sepertinya sifat yang tepat itu memungkinkanku untuk melihat orang lain dengan lebih mudah.

Maka-sensei memiliki julukan kuno bernama ‘Bunga yang tak bisa diperoleh’. Dia guru yang luar biasa, sangat cantik, dan dia percaya diri—itulah sebabnya banyak murid, dan bahkan guru lain mengaguminya.

Tapi, aku adalah satu-satunya yang melihatnya—melihat dia sama sekali bukan ‘Bunga yang tak bisa diperoleh’. Seperti dia sedang berpura-pura—atau lebih tepatnya, menciptakan karakter. Sekitar setahun sebelumnya, ketika dia masih baru di lembaga tersebut, sebuah insiden terjadi dengan guru lain—dan akibatnya, aku berkata kalau dia tidak boleh memaksakan dirinya menjadi orang lain, karena itu hanya akan menjadi bumerang. Kata-kata ini sepertinya berdampak kuat padanya. Meskipun aku benar-benar tidak ingat mengatakan itu sama sekali. Dan, itulah kisah tentang bagaimana Maka-sensei jatuh cinta padaku—

“I-itu benar. Kita sudah memiliki keempat pembuat onar itu—maaf, keempat rival ini harus dikhawatirkan. Jika ada lagi, akan sulit untuk dibuang—aku salah bicara, sulit ditangani.”

“…….”

Aneh, rasanya aku mendengar kata-kata yang tidak boleh digunakan guru dalam kalimat yang sama dengan muridnya. Kalau orang-orang mendengar ini, mereka pasti akan berhenti memanggilnya ‘Bunga yang tak bisa diperoleh’. Biasanya, dia menyembunyikan kepribadian ini, tetapi dia tidak menahan diri karena hanya kami berdua.

“Baiklah, mari kita mulai dengan ‘pendidikan’ hari ini.”

“Tunggu! Apa yang mau kaulakukan?!”

“Pakaianku, mau kulepaskan?”

“Aku bisa melihat itu! Aku menanyakan alasannya!”

“Bagaimana kalau bertanya dalam bahasa Inggris?”

W-whato aru yuu doingu nau!”

“… Sepertinya kau harus memperbaiki pengucapanmu.”

Ah, dia sangat kaget. Biarpun sekarang giliranku.

“Baiklah, mari kita tunda pelajaran bahasa Inggris untuk nanti.”

“Apa itu benar-benar sesuatu yang harus dikatakan guru bahasa Inggris?”

Meski begitu, dia selalu bekerja keras selama kelas, jadi kurasa aku bisa mengabaikannya.

“Ah benar, aku sedang melucuti diri. Maaf sudah menjeda. Aku sungguh akan melakukannya jadi maafkan aku.”

“Bukan aku yang menyuruhmu telanjang! Atau lebih tepatnya, jangan mulai melucuti pakaian dengan serius!” Balasku saat aku berbalik.

Sesaat sebelum aku melakukannya, aku bisa melihat pipi Maka-sensei yang memerah. Kenapa bahkan memulai serangan erotis saat kau merasa malu karenanya?

“… Dan, selesai. Lihat ke sini.”

“……… Aku tahu! Aku tahu sesuatu yang aneh akan terjadi!”

Sekarang, Maka-sensei tidak mengenakan setelan normalnya, tapi dia berganti menjadi sesuatu yang bahkan lebih berbahaya.

“Kenapa pemandu sorak?!”

Ya, pakaian Maka-sensei berubah dari setelan biru tua menjadi seragam pemandu sorak kuning cerah. Dengan blus ketat itu hilang, payudaranya mendapatkan kebebasan, dengan menyakitkan menarik perhatianku padanya. Atasannya cukup pendek untuk menunjukkan kulit putih dan perutnya, dan roknya sama berbahayanya.

“Guru seharusnya mendukung muridnya, bukan? Pakaian ini sebenarnya sangat akurat.”

“Itu agak terlalu dibuat-buat, kan?!”

Apa tidak masalah bagi orang gila ini untuk tetap menjadi guru …? Di mana komite disiplin saat dibutuhkan?

“Sekarang, coba pecahkan masalah di halaman ini.”

“Eh? Kenapa, tiba-tiba ….”

Tapi, aku bahkan tak bisa menyelesaikan kalimatku. Maka-sensei mengambil sebuah buku dari mejanya, dan membukanya di atas meja di sebelahku.

Aku ingat halaman ini. Aku yakin kami berhasil melakukannya dalam pelajaran Maka-sensei hari ini.

“Hari ini, Saigi-kun menanyakan sesuatu tentang halaman ini, kan? Itu sebabnya aku akan mengajarimu cara menyelesaikannya lagi. Lagian sudah jadi tugasku sehari-hari sebagai guru.”

“Kau bertindak sejauh ini karena tugasmu …?”

Aku hanya datang ke sini ke ruang persiapan karena dia memanggilku. Setelah Maka-sensei mengungkapkan perasaannya kepadaku—dia terus “mendidik”-ku di ruangan ini. Tujuannya sepertinya membuatku jatuh cinta padanya melalui itu.

“Cukup, lakukan saja. Menilai dari sebelumnya, sepertinya kau tidak paham sedikit pun, kan?”

“K-kenapa kau …?!”

Aku sangat kesulitan dengan masalah past tense ini.

“Aku masih seorang guru, tahu. Aku tahu ketika seorang siswa bermasalah hanya dengan melihat muka mereka.”

“…….”

Benar, dia cukup ahli dalam menjadi seorang guru. Aku tahu sisi tersembunyinya tapi—aku tak tahu segalanya tentang hal itu ketika dia menjadi seorang guru.

“Dan bukannya aku benar-benar ingin tahu tentang sisi gurunya ….”

“Mhm? Kalau kau benar-benar ingin tahu sebanyak itu, aku tidak keberatan mengajarimu.”

“T-tidak, ini bukan seperti aku—”

“Pertama, keahlian pendukungku. Bersiaplah untuk merasakan efek dari aku yang menyemangatimu!”

Dengan pom pom di kedua tangannya, dia mulai menari di dalam ruangan.

“Hei, hei, Saigi-kun. Kau pasti bisa, kau bisa ❤~”

“…….”

Aku benar-benar tidak ingin tahu tentang keterampilan-keterampilan ini tetapi—

Melihatnya, gerakannya lumayan. Sepertinya dia bukan saja pintar, tapi dia juga cukup atletis. Selain itu, pakaiannya …. Setiap kali dia mengangkat kaki rampingnya, roknya terangkat, dan di bawahnya aku bisa melihat dengan jelas—

“Ahhh, tidak mungkin aku bisa berkonsentrasi seperti ini!”

“Kenapa? Meskipun aku mencurahkan hatiku dan segalanya ke dalamnya?”

“Jangan tanya itu saat kau menyeringai!”

Dia jelas tahu kenapa aku tak bisa fokus! Daripada pengaruh positif, ini membuatku lebih sulit!

“Tidak apa-apa. Sini. Aku memakai celana dalam.”

“Kau tidak perlu bilang! Dan jangan tunjukkan padaku juga!”

Dia mengangkat roknya untuk menunjukkan padaku celana dalam warna kuning. Aku tahu itu bukan pakaian dalam tapi kau masih tidak perlu menunjukkan padaku secara terang-terangan …!

“Rasanya seperti bloomers. Jangan bilang, kau tidak senang saat melihatnya?”

“Bukan itu masalahnya. Dan Sensei bukan generasi yang memakai bloomers lagi … kan?”

“Kau … menurutmu berapa umurku?” Dia cemberut bagai anak kecil, imut.

“Aku hanya memakai bloomers sampai aku berusia sekitar 12 tahun. Akan kukatakan ini secara langsung, tapi aku 24 tahun.”

“… Sebenarnya itu pertama kalinya kau secara resmi memberi tahuku umurmu.”

“Ah … ups.”

Tiba-tiba, Maka-sensei membuat wajah bermasalah.

“Kau anak nakal, Saigi. Memaksa wanita sepertiku untuk mengungkapkan umurku.”

“Aku tidak memaksamu, kan? Dan aku juga tidak memancingmu untuk mengatakannya ….”

“Buruk, Saigi-kun. Anak-anak nakal … pantas mendapatkan hukuman fisik seperti biasa.”

“Uuu ….”

Maka-sensei berdiri di depanku, dan meletakkan kedua tangannya di pipiku. Setiap kali aku melakukan sesuatu yang buruk, dia akan menghukumku seperti ini. Satu-satunya hukuman fisik yang masih diperbolehkan.

“Nnn ….”

Bibir kami perlahan bertemu. Bahkan sebelum aku menyadarinya, ini menjadi sesuatu yang sangat normal. Sepertinya pendidikannya menunjukkan hasil. Tapi tetap saja, jika aku menerima pernyataan cintanya—dia mungkin akan meninggalkan posisinya sebagai guru. Sejak memulai hubungan cinta dengan seorang murid akan membuatnya menjadi seorang guru yang gagal. Belum lagi dia akan melepaskan gaya hidupnya saat ini, dan masuk biara sebagai biarawati. Dia serius?

Biarpun aku percaya padanya ketika dia mengatakan bahwa dia mencintaiku, kenapa dia berbuat sejauh ini? Untuk membuatku jatuh cinta padanya, dia menyatakan cinta kepadaku, dan menciumku secara teratur? Selalu menanggung risiko dipecat … kenapa?

Sungguh, aku tidak paham dia sedikit pun. Baik dirinya sebagai guru maupun saat kami berdua saja, aku masih belum paham.[]


0 Comments:

Posting Komentar

Followers